UNBK Diganti Dengan ANBK
HumanNesia.com | Aceh Jaya - Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Aceh menyampaikan makalah tentang Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di Aula Dinas Pendidikan Aceh Jaya Sabtu (3/4/2021)
ANBK merupakan pengganti dari Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang selama ini dilakukan di semua jenjang sekolah di Indonesia dan merupan tindak lanjut dari program Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang sudah diprogramkan oleh pemerinta, Asesmen Nasional akan diikuti juga oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi).
Berikut makalah yang dipaparkan oleh LPMP Aceh pada kegiatan Sosialisasi Kebijakan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan di Aceh Jaya.:
ASESMEN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER
Disusun oleh: LPMP ACEH 2021
A. Pengertian
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi
mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas
diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi
mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika
(numerasi). Baik pada literasi membaca maupun numerasi, kompetensi yang dinilai
mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar
menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan
memilah serta mengolah informasi.
AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang
diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi
membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur
kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten. Literasi membaca
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi,
merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas
individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk dapat
berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi adalah kemampuan
berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan
untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan
tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola
oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh
sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh
Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh
seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir program belajarnya. Selain
peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh guru dan kepala sekolah
di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala
sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan
hasil belajar di setiap satuan pendidikan.
Asesmen tidak diikuti oleh seluruh murid. Hal ini terkait dengan
tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk
menentukan kelulusan menilai prestasi murid sebagai seorang individu. Evaluasi
hasil belajar setiap individu murid menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah
melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan
cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Karena itu, tidak semua murid perlu menjadi peserta dalam Asesmen
Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi
murid di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen
Nasional.
Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi
Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih karena
merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua
murid, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan. Literasi dan
numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata
pelajaran. Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya
dikembangkan tidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga
pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sistematis
yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai
pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional mendorong
guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada pengembangan kompetensi membaca
dan berpikir logis-sistematis.
B. Tujuan
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu kurikulum
(apa yang diharapkan akan dicapai), pembelajaran (bagaimana mencapai) dan
asesmen (apa yang sudah dicapai). Asesmen dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengetahui capaian murid terhadap kompetensi yang diharapkan. Asesmen
Kompetensi Minimum dirancang untuk menghasilkan informasi yang memicu perbaikan
kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil
belajar murid.
Pelaporan hasil AKM dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi murid. Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat capaian murid. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian murid akan memudahkan murid menguasai konten atau kompetensi yang diharapkan pada suatu mata pelajaran.
C. Komponen Instrumen
Untuk memastikan AKM mengukur kompetensi yang diperlukan dalam
kehidupan, juga sesuai dengan pengertian Literasi Membaca dan Numerasi yang
telah disampaikan terdahulu, soal AKM diharapkan tidak hanya mengukur topik
atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa
tingkat proses kognitif.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan,
dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi.
Pada Numerasi konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu Bilangan,
Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar.
Tingkat kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau
diperlukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau soal. Proses kognitif pada
Literasi Membaca dan Numerasi dibedakan menjadi tiga level. Pada Literasi
Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi, interpretasi dan integrasi
serta evaluasi dan refleksi. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah
pemahaman, penerapan, dan penalaran. Konteks menunjukkan aspek kehidupan atau
situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga,
yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik. Penjelasan lebih detil mengenai
komponen AKM disajikan di Tabel berikut:
|
Literasi Membaca |
Numerasi |
Konten |
Teks
informasi, teks yang
bertujuan untuk memberikan fakta, data, dan informasi dalam rangka
pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Teks fiksi, teks yang bertujuan untuk memberikan pengalaman mendapatkan
hiburan, menikmati cerita, dan melakukan perenungan kepada pembaca. |
Bilangan, meliputi representasi, sifat urutan, dan operasi beragam jenis
bilangan (cacah, bulat, pecahan, desimal). Pengukuran
dan geometri, meliputi
mengenal bangun datar hingga menggunakan volume dan luas permukaan dalam kehidupan
sehari-hari. Juga menilai pemahaman peserta didik tentang pengukuran panjang,
berat, waktu, volume dan debit, serta satuan luas menggunakan satuan baku. Data dan
ketidakpastian, meliputi
pemahaman, interpretasi serta penyajian data maupun peluang. Aljabar, meliputi persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan fungsi
(termasuk pola bilangan), serta rasio dan proporsi. |
Proses Kognitif |
Menemukan
informasi, mencari,
mengakses serta menemukan informasi tersurat dari wacana. Interpretasi
dan integrasi, memahami
informasi tersurat maupun tersirat, memadukan interpretasi antar bagian teks
untuk menghasilkan inferensi. Evaluasi dan
refleksi, menilai kredibilitas, kesesuaian
maupun keterpercayaan teks serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di
luar teks. |
Pemahaman, memahami fakta, prosedur serta alat matematika. Penerapan, mampu menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang
bersifat rutin. Penalaran, bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah
bersifat non rutin |
Konteks |
Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi. Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu
kemasyarakatan. Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang
telah dilakukan maupun futuristic. |
Personal, berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi. Sosial Budaya, berkaitan dengan kepentingan antar individu, budaya dan isu
kemasyarakatan. Saintifik, berkaitan dengan isu, aktivitas, serta fakta ilmiah baik yang
telah dilakukan maupun futuristic |
D. Hasil Asesmen Nasional
Hasil AKM dilaporkan dalam empat kelompok yang menggambarkan
tingkat kompetensi yang berbeda. Urutan tingkat kompetensi dari yang paling
kurang adalah: 1) Perlu Intervensi Khusus, 2) Dasar, 3) Cakap, 4) Mahir. Penjelasan
tiap tingkat kompetensi pada Literasi Membaca dan Numerasi ditunjukkan di Tabel
berikut:
Tingkat
Kompetensi Literasi Membaca |
Perlu
Intervensi Khusus Murid belum
mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks ataupun
membuat interpretasi sederhana. |
Dasar Murid mampu
menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat
interpretasi sederhana. |
Cakap Murid mampu
membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks; mampu
membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks. |
Mahir Murid mampu
mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks; mengevaluasi isi, kualitas,
cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks. |
Tingkat
Kompetensi Numerasi |
Perlu
Intervensi Khusus Murid hanya
memiliki pengetahuan matematika yang terbatas. Murid menunjukkan penguasaan
konsep yang parsial dan keterampilan komputasi yang terbatas. |
Dasar Murid
memiliki keterampilan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk
persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta
menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin. |
Cakap Murid mampu
mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimiliki dalam konteks yang lebih
beragam. |
Mahir Murid mampu
bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta nonrutin berdasarkan
konsep matematika yang dimilikinya. |
PENUTUP
Pada makalah disajikan penjelasan tentang AKM, pelaporan AKM.
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara
komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak
mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan
hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran mata
pelajaran. Dengan memanfatkan informasi hasil AKM, guru dapat menyusun strategi
pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Hasil AKM dapat memberi gambaran
kepada guru mengenai takaran yang tepat untuk setiap “teaching at the right
level”. Dengan strategi yang sesuai dengan kondisi murid, tugas atau
pembelajaran yang diberikan juga sesuai dengan kondisi murid. Dengan demikian
antusiasme untuk belajar tetap terjaga. Rasa bosan karena tantangan atau tugas
yang terlalu sederhana atau rasa putus asa karena tugas yang terlalu sulit, di
luar jangkauan murid dapat dihindari.
Semoga dengan perbaikan proses pembelajaran di kelas yang terus menerus, kualitas belajar murid Indonesia semakin meningkat dan menciptakan Indonesia yang semakin maju.