AAA Kerja Sama dengan IGI Aceh Selatan Gelar Webinar untuk Membangun Pendidikan Tangguh
humannesia.com / BANDA ACEH - Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan bencana di sektor pendidikan, Aceh Australian Alumni (AAA) bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Daerah Aceh Selatan dan Kombel Guru Penggerak Aceh Besar menyelenggarakan webinar bertajuk “Mitigasi Bencana: Mengenal Bahaya, Mengurangi Risiko dengan Mengintegrasikan ke dalam P5."
Acara yang dibuka oleh Kepala Cabang Dinas (Kacabdisdik) Wilayah Aceh Selatan, Annadwi SPd MM, diikuti 150 orang peserta itu dilakukan secara daring hampir sebagian besar merupakan pendidik dari berbagai daerah di Aceh, pada Selasa (22/10/2024).
Ketua IGI Daerah Aceh Selatan, Rizal SPd MTSOL mengatakan, tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pendidik dalam mengidentifikasi bahaya dan mengurangi risiko bencana melalui pendekatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai wilayah rawan bencana.
Justru itu katanya, Aceh sangat membutuhkan pendekatan ini untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan tangguh terhadap ancaman bencana.
"Dengan mengintegrasikan mitigasi bencana ke dalam P5, para pendidik dapat membantu siswa memahami risiko bencana serta membentuk karakter tangguh dan responsif terhadap situasi darurat," ujarnya.
Rizal menyebutkan, acara ini menghadirkan dua narasumber utama yang ahli di bidang mitigasi bencana dan perubahan iklim yakni, Prof Dr Muksin MSi MPhil dan Suraiya Kamaruzzaman ST MT.
Prof Dr Muksin yang merupakan Koordinator Bidang Geohazards di Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (USK), membawakan materi berjudul “Mitigasi Bahaya Geohazard dan Peran Teknologi dalam Kesiapsiagaan Bencana."
Beliau memaparkan peran penting teknologi dalam mendeteksi dan mengurangi risiko bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami, yang sangat relevan di wilayah Aceh.
Sementara itu, Suraiya Kamaruzzaman sebagai Ketua Pusat Riset Perubahan Iklim Aceh, memberikan materi tentang “Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Ketahanan Lingkungan Aceh."
Suraiya menjelaskan pentingnya kesadaran akan perubahan iklim di kalangan siswa dan bagaimana P5 dapat diintegrasikan dalam pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda yang lebih tangguh menghadapi perubahan iklim.
Sedangkan Ketua Umum AAA, Dr Ir Dyah Erti Idawati MT menegaskan, pentingnya peran pendidik dalam membekali siswa dengan keterampilan untuk menghadapi bencana.
"Pendidikan yang menyeluruh harus mencakup kesiapsiagaan bencana sebagai bagian integral dari kurikulum, terutama di daerah rawan bencana seperti Aceh," ungkap Dyah.
Sebagai penutup seorang guru penggerak dari SMK-PP Negeri Saree Aceh Besar, Sukmasoviati SPd MTESOL menuturkan harapannya, agar kolaborasi ini terus berlanjut demi memperkuat pendidikan tangguh bencana di Aceh.
"Hasil dari kegiatan ini dapat diterapkan oleh para guru di sekolah masing-masing, sehingga generasi mendatang lebih siap menghadapi ancaman bencana dan perubahan iklim," pinta Sumasoviati.
Setelah pemaparan materi dari narasumber, webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif. Para peserta berkesempatan bertanya dan berbagi pengalaman terkait implementasi strategi mitigasi bencana di lingkungan sekolah masing-masing.
Diskusi ini memperkaya pemahaman peserta mengenai cara terbaik untuk menggabungkan P5 dengan upaya mitigasi bencana.(***)
Acara yang dibuka oleh Kepala Cabang Dinas (Kacabdisdik) Wilayah Aceh Selatan, Annadwi SPd MM, diikuti 150 orang peserta itu dilakukan secara daring hampir sebagian besar merupakan pendidik dari berbagai daerah di Aceh, pada Selasa (22/10/2024).
Ketua IGI Daerah Aceh Selatan, Rizal SPd MTSOL mengatakan, tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para pendidik dalam mengidentifikasi bahaya dan mengurangi risiko bencana melalui pendekatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai wilayah rawan bencana.
Justru itu katanya, Aceh sangat membutuhkan pendekatan ini untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan tangguh terhadap ancaman bencana.
"Dengan mengintegrasikan mitigasi bencana ke dalam P5, para pendidik dapat membantu siswa memahami risiko bencana serta membentuk karakter tangguh dan responsif terhadap situasi darurat," ujarnya.
Rizal menyebutkan, acara ini menghadirkan dua narasumber utama yang ahli di bidang mitigasi bencana dan perubahan iklim yakni, Prof Dr Muksin MSi MPhil dan Suraiya Kamaruzzaman ST MT.
Prof Dr Muksin yang merupakan Koordinator Bidang Geohazards di Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (USK), membawakan materi berjudul “Mitigasi Bahaya Geohazard dan Peran Teknologi dalam Kesiapsiagaan Bencana."
Beliau memaparkan peran penting teknologi dalam mendeteksi dan mengurangi risiko bencana geologi seperti gempa bumi dan tsunami, yang sangat relevan di wilayah Aceh.
Sementara itu, Suraiya Kamaruzzaman sebagai Ketua Pusat Riset Perubahan Iklim Aceh, memberikan materi tentang “Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Ketahanan Lingkungan Aceh."
Suraiya menjelaskan pentingnya kesadaran akan perubahan iklim di kalangan siswa dan bagaimana P5 dapat diintegrasikan dalam pendidikan untuk mempersiapkan generasi muda yang lebih tangguh menghadapi perubahan iklim.
Sedangkan Ketua Umum AAA, Dr Ir Dyah Erti Idawati MT menegaskan, pentingnya peran pendidik dalam membekali siswa dengan keterampilan untuk menghadapi bencana.
"Pendidikan yang menyeluruh harus mencakup kesiapsiagaan bencana sebagai bagian integral dari kurikulum, terutama di daerah rawan bencana seperti Aceh," ungkap Dyah.
Sebagai penutup seorang guru penggerak dari SMK-PP Negeri Saree Aceh Besar, Sukmasoviati SPd MTESOL menuturkan harapannya, agar kolaborasi ini terus berlanjut demi memperkuat pendidikan tangguh bencana di Aceh.
"Hasil dari kegiatan ini dapat diterapkan oleh para guru di sekolah masing-masing, sehingga generasi mendatang lebih siap menghadapi ancaman bencana dan perubahan iklim," pinta Sumasoviati.
Setelah pemaparan materi dari narasumber, webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif. Para peserta berkesempatan bertanya dan berbagi pengalaman terkait implementasi strategi mitigasi bencana di lingkungan sekolah masing-masing.
Diskusi ini memperkaya pemahaman peserta mengenai cara terbaik untuk menggabungkan P5 dengan upaya mitigasi bencana.(***)
Kontributor : Baihaqi